Entri Populer

Rabu, 09 Maret 2011

Jelaskan dan Uraikan Perbedaan 2 Pemrosesan file Online dan file Offline


Jelaskan dan uraikan perbedaan 2 pemrosesan file online dan file offline !
Jawab :
1.     Pemrosesan file secara online maksudnya melakukan transaksi yang sifatnya secara langsung tanpa harus menunggu lama. Pemrosesan file secara online dapat dilakukan dimana saja , dengan melalui alat-alat elektronik. Karena pemrosesan secara online dapat lebih efektif tanpa membuang-buang waktu.
Contohnya :

·       Menurut pendapat nanggroe adalah :
Mengirim file besar melalui E-mail dengan sharing file online , yaitu :Mengirim file sebagai lampiran e-mail adalah hal yang biasa kita lakukan. Namun , jika filenya berukuran besar, cara tersebut kurang ideal. Pasalnya, file berukuran besar akan membebani mail-server sang penerima, sehingga banyak perusahaan atau penyedia layanan internet membatasi ukuran e-mail yang bisa diterima.

·       menurut saya sendiri untuk contoh pemrosesan file online adalah seperti mengerjakan tugas dengan cara tulis tangan sekarang sudah ada blog untuk menulis semua karangan tulisan yang dibuat secara langsung tanpa harus membuang-buang banyak kertas.






2.     Pemrosesan file secara offline maksudnya file-file terlebih dahulu ditumpuk sebelum file-file itu diproses. Pemrosesan secara offline harus mengumpulkan data dulu setelah terkumpul semua baru diproses.
Contohnya :

·       Menurut putri eka nanda adalah :
 pemrosesan file secara offline adalah masuknya informasi ke basis data tertentu sesuai dengan instruksi klien tanpa menggunakan layanan internet.
Sebagai contoh :
Pemrosesan Transaksi – memproses
transaksi setiap kali ia terjadi
Pemrosesan Batch – mengumpulkan
transaksi bersama selama interval waktu
tertentu kemudian memproses seluruh batch itu

·       Menurut saya sendiri contohnya adalah :semua data mahasiswa dikumpulkan dulu menjadi satu file setelah selesai semua baru dikumpulkan jadi satu dengan data-data mahasiswa yang lain.

Selasa, 01 Maret 2011

Makalah Budaya Organisasi suatu Perusahaan


A. Latar Belakang
Tipe-tipe organisasi saat ini sangat bervariasi dalam hal ruang lingkup dan ukuran dan mungkin akan memiliki beberapa praktik yang unik pada organisasi itu. Misalnya, sebuah organisasi yang umum adalah organisasi akademik yaitu universitas. Terdapat beberapa ritual dalam perguruan tinggi, seperti orientasi mahasiswa baru, pestafrat ernit y (perkumpulan khusus mahasiswa di perguruan tinggi sertasorority (perkumpulan khusus mahasiswi), serta makanan kantin. Praktik-praktik seperti bimbingan dan magang juga memberi ciri kebanyakan institusi di perguruan tinggi.
Jelaslah bahwa inti dari kehidupan organisasi ditemukan di dalam budayanya. Dalam hal ini, budaya tidak mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan latar belakang individu. Melainkan budaya adalah suatu cara hidup di dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi mencakup iklim atau atmosfer emosional dan psikologis. Hal ini mungkin mencakup semangat kerja karyawan, sikap, dan tingkat produktivitas. Budaya organisasi juga mencakup simbol (tindakan, rutinitas, percakapan, dst.) dan makna-makna yang dilekatkan orang pada simbol- simbol ini. Makna dan pemahaman budaya dicapai melalui interaksi yang terjadi antar karyawan dan pihak manajemen.
*Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian budaya organisasi.
2. Teori-teori budaya organisasi.
3. Dimensi-dimensi budaya organisasi.
4. Peranan budaya organisasi.
5. Cara karyawan mempelajari budaya organisasi
A. Pengertian Budaya Organisasi suatu Perusahaan
Robbins (1996) memberi pengertian budaya organisasi antara lain sebagai:
1. Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi.
2. Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan.
3. Cara pekerjaan dilakukan di tempat itu.
4. Asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat di antara anggota organisasi. 
Dari sudut pandang karyawan, budaya memberi pedoman bagi karyawan akan segala sesuatu yang penting untuk dilakukan. Sejumlah peran penting yang dimainkan oleh budaya perusahaan adalah:
1. Membantu pengembangan rasa memiliki jati diri bagi karyawan.
2. Dipakai untuk mengembangkan keterkaitan pribadi dengan organisasi.
3. Membantu stabilitas organisasi sebagai suatu sistem sosial.
4. Menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma perilaku yang
sudah dibentuk.
Budaya organisas yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah, memerlukan praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai budaya organisasi. Praktik tersebut dapat dilakukan melalui induksi atau sosialisasi, yaitu melalui transformasi budaya organisasi. Sosialisasi organisasi merupakan serangkaian aktivitas yang secara substantif berdampak kepada penyesuaian aktivitas individual dan keberhasilan organisasi, antara lain komitmen, kepuasan dan kinerja. Beberapa langkah sosialisasi yang dapat membantu dan mempertahankan budaya organisasi adalah melalui seleksi calon karyawan, penempatan, pendalaman bidang pekerjaan, penialian kinerja, dan pemberian penghargaan, penanaman kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan cerita dan berita, pengakuan kinerja dan promosi.
Berbagai praktik di atas dapat memperkuat budaya organisasi dan
memastikan karyawan yang bekerja sesuai dengan budaya organisasi

memberikan imbalan sesuai dukungan yang dilakukan. Sosialisasi yang efektif akan menghasilkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, rasa percaya diri pada pekerjaan, mengurangi tekanan serta kemungkinan keluar dari pekerjaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan organisasi untuk mempertahankan organisasi adalah menyusun asumsi dasar, menyatakan dan memperkuat nilai yang diinginkan dan menyosialisasikan melaui contoh. 

B. Teori Budaya Organisasi suatu Perusahaan

Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan pada teori budaya organisasi
yaitu:

1. Angota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama mengenai

realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi.
 Asumsi yang pertama berhubunan dengan pentingya orang di dalam kehidupan organisasi. Secara khusus, individu saling berbagi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas. Individu-individu ini mencakup karyawan, supervisor, dan atasan. Pada inti dari asumsi ini adalah yang dimiliki oleh organisasi. Nilai adalah standar dan prinsip-prinsip dalam sebuah buadanya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada anggota organisasi mengenai apa yang penting. Orang berbagi dalam proses menemukan nilai-nilai perusahaan. Menjadi anggota dari sebuah organisasi membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi tersebut. Makna dari simbol-simbol tertentu misalnya, mengapa sebuah perusahaan terus melaksanakan wawancara terhadap calon karyawan ketika terdapat sebuah rencana pemutusan hubungan kerja besar- besaran dikomunikasikan baik oleh karyawan maupun oleh pihak manajemen. Makna simbolik dari menerima karyawan baru ketika yang lainnya dipecat tidak akan dilewatkan oleh pekerja yang cerdik; mengapa memberikan uang pada karyawan baru ketika yang lama kehilangan pekerjan mereka? Karyawan memberikan kontribusi dalam pembentukan budaya organisasi. Perilaku mereka sangatlah penting dalam menciptakan dan pada akhirnya mempertahankan realitas organisasi.
2. Penggunaan dan intepretasi simbol sangat penting dalam budaya orgaisasi.
Realitas organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh simbol-simbol, dan ini merupakan asumsi kedua dari teori ini. Perspektif ini menggaris bawahi pengguanaan simbol di dalam organisasi. Simbol merupakan representasi untuk makna. Angota-angota organisasi menciptakan, menggunakan,
mengintrepetasikan simbol setiap hari. Simbol-simbol ini sangat penting bagi budaya perusahaan.

Simbol-simbol mencakup komunikasi verbal dan nonverbal di dalam organisasi. Seringkali, simbol-

simbol ini mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi. Simbol dapat berupa slogan yang memiliki makna.

Sejauh mana simbol-simbol ini efektif bergantung tidak hanya pada media tetapi bagaimana karyawan

perusahaan mempraktikannya.
 
  3.Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan dalam budaya ini

juga beragam. Asumsi yang ketiga mengenai teori budaya organisasi berkaitan dengan keberagaman

budaya organisasi. Sederhana, budaya organisasi sangat bervariasi. Persepsi mengenai tindakan dan

aktivitas di dalam budaya-budaya ini juga seberagam budaya itu sendiri.

C . Dimensi Budaya Organisasi
Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini mempengaruhi perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidakepakatan, atau bahkan konflik. Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi dan mendapat tempat pada awal perkembangan ilmu perilaku organisasi. Dimensi-dimensi yang digunakan untuk membedakan budaya
    organisasi, menurut Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer yang secara

bersama-sama menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu:

1. Inovasi dan pengambilan resiko.
2.
Perhatian ke hal yang rinci.
3. Orientasi hasil.
4. Orientasi Orang.
5. Orientasi Tim.
6. Keagresifan.
7. Kemantapan.

Luthan (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari
budaya organisasi, yang meliputi:

1. Aturan-aturan perilaku
Yaitu bahasa, terminologi, dan ritual yang biasa dipergunakan oleh
anggota organisasi.

2. Norma

           Adalah standar perilaku yang menjadi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu. Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma susila, norma sosial, norma adat, dll.

3. Nilai-nilai dominan

          Adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk dikerjakan oleh para anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat absensi, tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.

4. Filosofi

         Adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai
para karyawan dan pelanggannya, seperti “Kepuasan Anda adalah harapan Kami”.

5. Peraturan-peraturan

         Adalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus mempelajari
peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima dalam organisasi.

6. Iklim Organisasi

        Adalah keseluruhan “perasaan” yang meliputi hal-hal fisik, bagaimana
para anggota berinteraksi dan bagaimana para anggota organisasi mengendalikan
diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.
 
Hofsede (dalam Gibson, 1996) mengemukakan empat dimensi budaya,
yaitu:
1. Penghindaran atas ketidakpastian
Adalah tingkat dimana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk mempercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara lembaga- lembaga yang melindungi penyesuaian.
2. Maskulin vs feminim
Tingkat maskulinitas adalah kecenderungan dalam masyarakat akan prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materiil. Feminitas berarti kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup.
3. Individu vs kebersamaan
Individualisme adalah kecenderungan dalam kerangka sosial dimana individu dianjurkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kolektivisme berarti kecenderungan dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau kelompok lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas mutlak yang mereka berikan.
4. Jarak kekuasaan

        Adalah ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa
kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.
Selanjutnya budaya organisasi dapat ditemukan dalam tiga tingkatan,
yaitu:
1. Artefak
Pada tingkat ini budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali tidak dapat diartikan, misalnya lingkungan fisik organisasi, teknologi, dan cara berpakaian. Analisis pada tingkat ini cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.
2. Nilai

             Nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artefak. Nilai
ini sulit diamati secara langsung sehingga untuk menyimpulkannya seringkali

diperlukan wawancara dengan anggota organisasi yang mempunyai posisi kunci

atau dengan menganalisis kandungan artefak seperti dokumen.

3. Asumsi dasar
Merupakan bagian penting dari budaya organisasi. Pada tingkat ini budaya diterima begitu saja, tidak kasat mata dan tidak disadari. Asumsi ini merupakan reaksi yang bermula dqari nilai-nilai yang didukung. Bila asumsi telah diterima maka kesadaran akan menjadi tersisih. Dengan kata lain perbedaan antara asumsi dengan nilai artefak terletak pada apakah nilai-nilai tersebut masih diperdebatkan dan diterima apa adnya atau tidak.
D. Peranan Budaya Organisasi suatu Perusahaan
Dalam lingkungan kehidupannya, manusia dipengaruhi oleh budaya di mana ia berada, seperti nilai-nilai, keyakinan, perilaku sosial atau masyarakat yang kemudian menghasilkan budaya sosial atau budaya masyarakat. Hal yang sama juga terjadi pada anggota organisasi, dengan segala nilai, keyakinan dan perilakunya di dalam organisasi yang kemudian akan menciptakan budaya organisasi.
Dari uraian di atas dapat dikatan bahwa budaya perusahaan pada dasarnya mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi, termasuk mereka yang berada dalam hierarki organisasi. Bagi organisasi yang masih didominasi oleh pendiri, misalnya, maka budayanya akan menjadi wahana untuk mengkomunikasikan harapan-harapan pendiri kepada para pekerja lainnya. Demikian pula jika perusahaan dikelola oleh seorang manajer senior otokratis yang menerapkan gaya kepemimpinan top down. Disini budaya juga akan berperan untuk mengkomunikasikan harapan-harapan manajer senior itu.
Peran penting yang dimainkan oleh budaya perusahaan adalah sebagai
berikut:
1.
Membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi pekerja.
2.
Dapat dipakai untuk mengembangkan ikatan pribadi dengan perusahaan.
3.
Membantu stabilisasi perusahaan sebagai suatu sistem sosial.
4. Menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma-norma perilaku
yang sudah terbentuk.

Tahap-tahap pembentukan atau pembangunan budaya organisasi dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Seorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah
usaha baru.
       2. Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri.
       3. Kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi, mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain-lain yang relevan.
       4. Orang-orang lain dibawa ke dalam organisasi untuk berkarya bersama- sama dengan pendiri dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama. Pembianaan budaya perusahaan dapat dilakukan dengan serangkaian langkah sosialisasi sebagai berikut:
1. Seleksi pegawai yang objektif.

2. Penempatan orang dalam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan
    bidangnya, “the right man on the right place at the right time”.
3. Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman.
4.
Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai.
5.
Penghayatan akan nilai-nilai kerja atau hal lain yang penting.
6. Ceritera-ceritera dan faktor-faktor organisasi yang menumbuhkan
    semangat dan kebanggan.

7. Pengakuan dan promosi bagi karyawan yang berprestasi.

E. Cara Karyawan Mempelajari Budaya Perusahaan

         Proses transformasi budaya oleh karyawan dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu:

 1. Ceritera-ceritera
Ceritera-ceritera mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri organisasi di dalam memulai usaha sehingga kemudian menjadi maju seperti sekarang merupakan hal yang baik untuk disebarluaskan. Bagaimana sejarah pasang-surut perusahaan dan bagaimana perusahaan mengatasi kemelut dalam
situasi tak menentu merupakan kisah yang dapat menodorong dan memotivasi

karyawan untuk bekerja keras jika mereka mau memahaminya.

2. Ritual / Upacara-upacara
Semua masyarakat memiliki corak ritual sendiri-sendiri. Di dalam perusahaan, tidak jarang ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi bagian hidup perusahaan. Sehingga tetap dipelihara keberadaannya, contohnya adalah selamatan mulai musim giling di pabrik gula.
3. Simbol-simbol material
Simbol-simbol atau lambang-lambang material seperti pakaian seragam, ruang kantor dan lain-lain, atribut fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting budaya organisasi yang harus diperhatikan sebab dengan simbol-simbol itulah dapat dengan cepat diidentifikasi bagaimana nilai, keyakinan, norma, dan berbagai hal lain itu menjadi milik bersama dan dipatuhi anggota organisasi.
4. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu media terpenting di dalam mentransformasikan nilai. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, tiap bidang, divisi, strata atau semacamnya memiliki bahasa atau jargon yang khas, yang kadang-kadang hanya dipahami oleh kalangan itu sendiri. Hal ini penting karena untuk dapat diterima di suatu lingkungan dan menjadi bagian dari lingkungan, salah satu syaratnya adalah memahami bahasa yang berlaku di lingkungan itu. Dengan demikian menjadi jelas bahwa bahasa merupakan unsur penting dalam budaya perusahaan.
Kesimpulan
>>Budaya perusahaan tidak muncul dengan sendirinya di kalangan anggota organisasi, tetapi perlu dibentuk dan dipelajari karena pada dasarnya budaya perusahaan adalah sekumpulan nilai dan pola perilaku yang   dipelajari, dimiliki bersama, oleh semua anggota organisasi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi  berikutnya.
>Budaya perusahaan sangat penting peranannya dalam mendukung terciptanya suatu organisasi atau perusahaan yang efektif. Secara lebih spesifik, budaya perusahaan dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikutsertaan pribadi dengan perusahaan dan menyajikan pedoman perilaku kerja bagi karyawan.